Hinata…Muchtz..muchtz…i like it Hinata

cerita

Adik yang telah pergi

karya ku

“kiara ayo kita bermain..”ucap keyla kepada adiknya, kiara”baiklah kak tapi tunggu dulu…”jawab kiara. kiara berumur 8 tahun sedangkan keyla berumur 11 tahun

perbedaan mereka tak jauh sehingga mereka bisa menyesuaikan diri kepada saudaranya. ketika keyla dan kiara mau pergi mamanya berpesan”keyla, kiara pulangnya jangan larut malam yah..” ucap 2 saudara itu dengan kompak “oke mom…”mereka lalu pergi.

“kak kita mau pergi ke mana?”tanya kiara ke kakaknya. Keyla jawab “kakak akan bawa kamu ke tempat yang indah sekali, dan pastinya kamu senang”. lalu keyla mengajak kiara ke sebuah bukit yang indah..

“lihatlah pemandangan di bukit ini..betapa indahnya bukan di sini…ada sesuatu kata yang ingin ku ungkap”ucap keyla ke adiknya lalu kiara jawab “iya pemandangan di sini indah sekali…aku ingin disini berteriak disini dan berteriak aku bahagia sekali…aku juga ingin meloncat dari bukit ini dan merasakan betapa sejuknya udara di sini….kak tentang kata tadi apa maksud kakak??”ucap keyla”Kiara aku ingin mengatakan pemandangan ini secantik hatimu kiara dan….”tanya kiara”dan apa kak??”ucap keyla”kiara aku tak ingin kehilanganmu….aku tak rela mengucapkan selamat tinggal..aku tak rela jika kau pergi…”kiara tanya lagi”kak..aku akan selalu bersama kakak hingga ajal menjemputku….aku akan selalu menyayangin kakak…maksud perkataan kata kakak tadi apa??apa maksud kakak tak rela kehilanganku?”ucap keyla”hatimu yang bening akan selalu bersamamu  kakak akan selalu menyayangi kamu semua orang selalu senang bersamamu tapi…………..saatnyalah kakak akhiri semua penderitaan sakit hati kaka ini. kamu…kamu..kamu terkena penyakit kanker darah stadium 3…hidupmu tionggal menghitung bulan…kakak…tak rela kehilanganmu adik….”ucap kiara”kakak ini seriuskan??kiara…kiara rela saja kalau nyawa kiara di cabut…..kiara akan sedih kalau kematian kiara membuat sakit hati orang yang menyayangi kiara…”ucap keyla”kiara kakak akan melindungi kamu kakak sayang kamu selamanya…”

esok harinya

“kak ayo sekolah….”ucap kiara.”tunggu dulu kiara…..”

hari itu berjalan seperti biasa. ketika 2 bulan setelah itu Kiara sering sakit dan sering pinsan”

ketika 2 bulan sesudah itu Kiara masuk rumah sakit. kiara kurus bahkan sekarang rambutnya sunggu tipis.

“Kak, kakak tak malu punya adik seperti kiara?”tanya kiara lalu keyla jawab ” kakak tak malu punya adik seperti kamu, kakak salut karena kamu masih bisa bertahan sedangkan orang yang yang biasanya terkena kanker cuma bisa bertahan 3 bulan kamu??”ucap kiara “kak sudahlah jangan ngomong begitu…”Keyla tanya” kiara itu benar bukan?”kiara jawab”ini cuma kebetulan saja..”

1 bulan kemudian…

“kak sebentar lagi kiara akan pergi..kiara gak tahan lagi dengan rasa sakit ini…”ucap keyla”kiara kamu harus sabar”kiara jawab”tak ada harapan lagi kiara hidup lama… “keyla tanya”kiara sayang sama kakak??kalau kiara sayang kiara harus tahan penyakit itu….ayolah bersemangat..kalau kamu pergi dari rumah sakit kita akan naik sepeda seperti dulu lagi dan kakak akan ajak kamu ke bukit yang indah itu lagi…dan berteriaklah sekencang-kencangnya kalau kamu kuat..kamu hebat….kamu sayang sama kakak…”kiara jawab”kak jangan banyak berharap…jika kakak berharap kiara akan sedih…..”lalu kiara muntah darah.”kiara…”teriak keyla.. lalu dolter menangani kiara dan dokter itu bilang ke keyla”maaf kiara tidak bisa hiodup lama…kiara sudah keadaan kritis..”lalu keyla masuk ke ruang kiara dan berucap”kiara jangan sakiti kakak…”kiara jawab” kak sudah saatnya kiara pergi kiara berpesan ke kakak jangan lupain kiarayach….”sedikit membentak keyla bilang ke kiara”kiara jangan omong begitu itu hanya omong kosong dan hati kakak selalu ada untukmu…”ucap kiara pelan”selamat tinggal kakak…jangan lupain kiara…”

lalu kiara pergi pergi selamanya

“kiara kakak tidak akan melupakan kamu sampai kakak di cabut nyawanya….”

dari google

dongeng

manusia bertelur (abu nawas)

Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.

Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, “Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas.”

“Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?” tanya salah seorang menteri.

“Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita.” kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan
apa yang akan digelar besok.

Abu Nawas diundang untuk mandi bersama
Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang
waktu untuk berpikir.

Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, “Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami”

“Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?” tanya Abu Nawas belum mengerti.

“Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing.” kata Baginda sambil tersenyum.

“Hamba belum mengerti Baginda yang mulia.” kata Abu Nawas agak ketakutan.

“Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!” kata Baginda.

Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.

“Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing.” perintah Baginda Raja.

Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.

Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.

Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.

“Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri.” kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.

“Kalau begitu engkau harus dihukum.” kata Baginda bangga.

“Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia.” kata Abu Nawas memohon.

“Apalagi hai Abu Nawas.” kata Baginda tidak sabar.

“Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk…!” kata Abu Nawas dengan membusungkan dada.

Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.

Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.

kisah abu nawas : taruhan yang berbahaya

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

“Nah ini Abu Nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.

“Ada apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt.” kata Abu Nawas menentang.

“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya kawan Abu Nawas.

“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas memberitahu.

“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”

“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.

“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau
pantati.” kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling
belakang.

Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”

“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.

“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. “Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda masih bingung.

“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.

“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.

Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas merasa kagum.

Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas.

Citra dan Fitha

karyaku

Suatu hari lahirlah bayi kembar. Bayi itu bernama Citra dan Fitha. Mereka hidup kaya. Suatu ketika mereka berumur 15 tahun Mereka terpisah di hutan

Fitha yang berambut lebih bagus dari pada Citrapun pulang!

ketuka 5 taun mendatang fithapun menikah!

senyum manisnya melebar ketika Citra datang kerumah mereka!

tetapi mama mereka terkejut melihat citra berambit keras  rambut tak beraturan, dan mama mereka bingung mengapa anaknya Citra rambutnya begitu sebab keluarga Citra terkenal dengan rambut yang bagus!

Seusai pernikahan Fitha Citrapun bercerita kepada Fitha dia berkata ” Fitha kamu beruntung mempunyai rambut yang mengkilat, panjang, lembut dan rapi tetapi aku hanyalah satu-satunya di keluarga ini yang tidak mempunyai rambut yang bagus! Fitha apakah aku jadi parasit dalam keluarga ini? atau maksudnya membuat nama baik keluarga ini yang dipertahankan sejak dulu menjadi buruk?’ Fitha berkata”yang kamu bilang itu salah! Kamu tetap membawa nama baik keluarga ini! Sebab kamu tetap anggota keluarga ini! Dan ingatlah pasti ada keajaiban rambutmu ini!”

setiap hari orang-orang kaya menghina Citra dengan kata misalnya gembel,orang gila dll!

Tetapi Citra sabar dan dia sering membantu rakyat-rakyat miskin di sekitar rumahnya!

1 bulan kemudian nenek Citra tidak tahan atas omongan orang!

keluarganya di hina-hina dan Citra di usir  dari rumah itu!

tetapi Fitha dan suaminya ikut Citra!

Citra boleh kembali ke rumahnya tetapi syaratnya rambutnya harus rapi seperti keluarganya!

Karena Citra sering membantu, baik, dan berdoa akhirnyaAllah mengabulkan permintaannya yaitu rambut yang indah!

Rambut Citra seperti di lapisi kaca.

dan mereka bertiga sepakat merek akembali kerumahnya!

Alangkah terkejutnya keluarga Citra melihat rambutnya!

dan Citra hidup bahagia selamanya!

Tinggal Kenangan

karyaku

Dulu Nikita selalu di manja kini telah remaja. Umur yang dia lalui 19 tahun silam membawa kenangan tersendiri baginya. Kota kecilnya kini telah hilang, tak tersisa dari tsunami yang melanda kotanya. Nikita hanya melihat sisa kota kecilnya yang baginya tak bisa di lupakan. Dulu ketika berumur 15 tahun dia di ajak neneknya pindah ke Malaysia Negara asal ibu, ibunya Nikita. Dia hanya menurut, menuruti perintah keluarganya. Tapi, setelah 4 tahun berlalu bencana memusibah ke kotanya. Nikita hanya berharap semoga kota kecilnya bisa bangkit kembali.

Ketika ia melihat sisa reruntuhan rumahnya dia teringat dulu masih kecil di lantai dua adalah kamarnya. Di sana ia biasanya mengajak Anitya dan Shyntya  sahabat kecilnya tidur di rumahnya untuk menyenangkan hatinya dan mempererat persahabatan. Tetapi, persahabatan itu mulai sedikit menghilang karena Shyntya telah pergi selamanya karena kecelakaan dan Anitya pergi ke Kalimantan karena mengikuti keluarganya. Sedikit demi sedikit air mata Nikita menetes. Dia juga teringat di ruang santai keluarganya ia sering beranda gurau dengan keluarganya. Lalu, Nikita memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Ia juga melihat runtuhan mantan sdnya. Ia teringat sahabat dan temanya yang selalu menemaninya dan ia mendapatkan bidang study dari gurunya dengan penuh kasih sayang, dan kasih sayang itu semata-mata untuk mencerdaskan anak bangsa. Air mata Nikita semakin menetes ketika ia melihat sisa taman kecilnya. Ia teringat juga bagaimana dulu ia di sana, ia bermain, menghabiskan sisa harinya bermain dan bercanda gurau di taman itu.

Ia sebenarnya ingin sisa hidupnya di kota kecilnya itu. Ia juga ingin anak cucunya di besarkan di kota kecilnya. Ia merasa bahwa ia telah menghianati kota kecilnya itu karena ia telah meninggalkan kota itu dan jenguk kota kecilnya ketika terkena bencana, telah rusak. Dulu, Nikita pernah berjanji bahwa sisa hidupnya ia ingin tetap di kota kecilnya. Tetapi, ia ketika umur 15 ia pergi meninggalkan kota kecilnya.

Sekarang ia mulai sadar tak ada gunanya bersedih, yang terpenting bangkitkan kota kecilnya lagi dengan penuh rasa cinta.

Membantu Raffa

karyaku

Aku mempunyai sahabat yang bernama Raffa. Dia seorang sahabat yang baik bagiku. Jika waktu istirahat di sekolah ia selalu mendampingiku. Dialah sahabat kecilku yang paling kusenangi. Sewaktu ketika ibunya sakit sehingga ia tak masuk sekolah. Hati kecilkupun bertanya-tanya mengapa ia tak masuk sekolah. Ada apa dengan Raffa?????? Jantungku pun mendadak berdetak kencang. Ketika di tengah peramaian kelasku ibu Marna wali kelasku dating ke kelas mengabarkan bahwa Raffa tidak masuk sekolah karena ibunya sakit. Lalu aku berniat mengajak teman-temanku untuk ‘mengajak ibunya Raffa.

Ketika waktu istirahat terasa hatiku sunyi. Tak ada Raffa yang selalu menemaniku. Lalu akupun mengajak teman kelasku untuk menjenguk ibunya Raffa. “Ardhy, aku setuju usulmu”ucap Naysilla teman perempuanku ketika aku mengusulkan menjenguk ibu Raffa.”ada apa ini????kok ga ngajak-ngajak????dhy kenapa???”ucap Jimmy temanku yang baru datang. Jawabku “Cuma ngajak jenguk ibunya Raffa. Ikut Boy????”ia jawab tanyaku”ya…aku ikut Mr.Lyla..”akupun menanggapi olokannya”Jim, aku gak mengolokmu…aku tadi sebut kau’Boy’ kok ngoloksih..???aku juga gak suka ma Mrs.Lyla…masa si cewek itu aku suka??ah gak asyikah ma Mr.Maysilla…”Jimmypun mengaku salah”ya dech…ampun jangan olok aku ma Mrs.Maysilladech…ampun…ku akui aku suka ma Mrs.Maysilla tapi jangan olok donk….ya…Boy aku gak ngolok kamu ma Mrs.Lyladech..”ucapnya sambil mengaku salah. Lalu di tengah peramaian untuk menjenguk ibu Raffa, kamipun tertawa atas pengakuan Jimmy. Gokil banget pengakuannya. Omong-omong Mrs.Maysilla suka gak yach ma Jimmy??. Nanti membahasnya yang penting urus yang utama dulu

Yach tepat pukul setengah 3,kamipun berkumpul di lapangan sepak bola di depan rumah Raffa. Rombongan kamipun bergegas untuk menjenguk ibu Raffa. Ketika aku mengetuk pintu rumah Raffa terlihat Raffa yang membuka. Lalu ia mengucapkan selamat datang ke kami dan berterima kasih atas jengukan kami. Terlihat ibu Raffa yang terbaring lemas di atas kasur. Seperti tak daya aku melihat kondisi ibu Raffa. Lalu Raffa menjelaskan kalau ibunya sakit karena kambuhnya asma yang telah menyiksa ibu Raffa kurang lebih 3 tahun silam. Lalu ketika waktu terlihat menunjukan pukul setengah 5 kamipun bergegas pamit dari rumah Raffa. Akupun berharap kalau ibu Raffa segera sembuh.

3 hari kemudian Raffa mulai masuk sekolah lagi. Katanya setelah kami menjenguk ibu Raffa, asma ibunyapun drastis menjadi lebih baik. Lalu ia mengucapkan terima kasih. Dalam hatiku “jengukan itu tak ternilai atas jasanya ke aku…terima kasih Raffa kau telah menjadi sahabatku.”

Kita kembali ke masalah Mr.Jimmy dan Mrs.Maysilla. Mr.Jimmy mengaku ke Mrs.Maysilla kalau dia suka sama Mrs.Maysilla karena Mrs.Maysilla telah menyelamatkan Mr.Jimmy ketika Mr.Jimmy hampir tertabrak motor. Lalu ketika itu ia langsung suka sama kebaikan Mrs.Maysilla. Tetapi, Mr.Jimmy dan Mrs.Maysilla memilih jalan sahabat untuk hubungannya mereka.

Tinggalkan komentar